Rabu, 02 Mei 2012

Jangan putus Istikhoroh

Tahun-tahun setelah lulus dari aliyah,adalah saat dimana saya banyak sekali melakukan istikhoroh. Terlebih dalam melangkah untuk melanjutkan kejenjang kuliah. Ceritanya ini agak panjang . Berawal dari wisuda dibulan juni thn 2010,yg dalam acara itu secara resmi saya bersama dengan 26 orang lainnya layak menyandang gelar alumni isykarima. Ya,mau tak mau kami harus meninggalkan dunia pesantren yg amat menyenangkan itu. Dari sebagian besar kawan,ada yg melanjutkan kuliah di universitas dalam negri,semisal UNS atau IPB . Dan yg memiliki kecenderungan dalam bidang dien,ada yg melanjutkan ke Lipia dan yg semisalnya
Bagaimana dengan saya pribadi??? Sebenarnya sebelum lulus saya sudah istikhoroh,antara milih untuk ngabdi dan lanjut kuliah. Dan keyakinan saya dulu itu ya ngabdi. Tapi namanya pengaruh teman itu tak bisa dinafikan. Akhirnya bersama 6 teman lainnya ,saya berangkat ke Jakarta tuk mengikuti ujian di Lipia. Yg namanya takdir memang ga kemana-mana ya. 3 dr 7 terpaksa kembali ke jawa,dan saya adalah salah satu dari ke3 orang itu. Setelah gagal ujian masuk lipia,ana kembali ke ma’had untuk meminta wangsit dari ust Afif selaku mas’ul tahfidz di pondok.” Ust,ana mau ngabdi saja tahun ini,kira-kira ada pesantren ga ,yg butuh tenaga bantu???” tanyaku. “udah,antum ngabdi disini saja, jadi asisten tahfidz ana” kata ust tanpa dosa. “wah,4 tahun lamanya saya mendekam di penjara suci ini,dan barusan keluar,malah ditawari masuk lagi” bisik ana dalam hati . “emm,ana istikhoroh dulu saja ust” ..”terserah antum,ana beri waktu 2 minggu “. Setelah 2 pekan berlalu,hati ini mantab untuk mengabdi di pesantren sendiri. “biarlah apa kata orang,kalau sudah pilihan Allah ana ga bakal nyesel “ begitu prinsip saya bergema.

Waktu berjalan begitu saja,dengan seambrek tugas sebagai musrif tahfidz yg ternyata ga gampang. Tapi itulah yg namanya hidup menantang. Evolusi,habis santri langsung ust. Hehehe. Tapi disisi lain keinginan untuk melanjutkan belajar semakin menyala. Terlebih mudir ma’had ,ust Syihab,berpesan “ngabdi itu masa kita mengoreksi diri,agar supaya kita tahu apa potensi kita dan untuk selanjutnya melanjutkan belajar dgn potensi yg kita miliki”.

 Dan akhirnya dipertengahan tahun ,datang kesempatan untuk tes ujian masuk universitas islam madinah. Sebab untuk mengikuti tes ini saya harus izin 3 pekan dari memegang halaqoh Alquran. Ya istikhoroh lagi,biar mantab. Akhirnya dengan yakin dan restu para ust,saya berangkat untuk ikut tes di Jakarta. Alhamdulilah,tes semua ana lewati dengan tenang. Walaupun banyak pertanyaan yg ga bisa dijawab,prinsipnya “yg fenting sudah usaha,urusan hasil tawakal ‘alallah”. Lagi pula,untuk bisa tembus ke madinah agaknya mustahil juga bagi ana. Dari ribuan peserta seluruh Indonesia,yg diterima Cuma 130an doang. Ah,pengumuman tes 1 thn kedepan juga,masih ada sela waktu panjang untuk mencoba kuliah ditempat lain.

Diawal bulan mei,Allah beri kesempatan lagi untuk saya melanjutkan belajar. Depag pusat memberi kesempatan beasiswa kepada pemuda Indonesia untuk melanjutkan study ke sudan. Bersama adik kelas saya yg mau diwisuda bulan juninya,kamipun berangkat menuju Surabaya. Setelah melalui tahap seleksi tulis dan lisan,kami bertanya ke panitia” kira-kira hasil tesnya keluar bulan apa ya pak”..”insyaAllah 1 bulan kedepan”..”oooohhh”kami Cuma melongo dan berharap hitungan satu bulan itu ga pake adat Indonesia,alias ngaret. 

Sembari menunggu hasil tes ke sudan,ana tersibukkan dengan agenda akhir tahun ma’had yg numpuk lagi. Dari kemah,wisuda sampai penerimaan santri baru. Dalam episode ngabdi ini sebenarnya saya tidak sendiri. Ada satu kakak kelas yg juga ngabdi di pondok dan ini adalah tahun kedua sang ust mengabdi. Ketika kemah bersama, kami berdua bersepakat untuk tahun depan pokoknya sudah ga di isykarima lagi. Teman saya ini berazzam” insyaAllah tahun depan ana sudah ga disini,dan melanjutkan kuliah di Pakistan” . subhanallah,saya kaget banget kala dia ber janji dengan lantang seperti itu. Ana pun ga mau kalah “ insyaAllah,tahun depan ana sudah ga di isykarima lagi ,tapi kemananya belom tahu” sembari ketawa-ketiwi bersama.hahahaha. dasar syifa madesu.

 “assalamu’alaikum,mas ,antum ikut tes daftar arrayah ndak?” sms dr adik kelas ana tiba-tiba masuk. “wah,ana wakil panitia kemah nih,masak kabur,antum sajalah” kukirim sms balik. Sebenarnya dalam hati ana sangat menyayangkan hal itu. Karna kesempatan untuk daftar sekolah lagi mungkin datang 1 tahun lagi. Tapi amanah tetap harus dijalankan. Dan saya melepas kesempatan ketiga dalam 1 tahun ini untuk melanjutkan jenjang kuliah. Tapi Allah punya rencana lain,setelah acara kemah selesai ,ada kabar yg datang kalau ma’had aly Arraayah buka gelombang ke dua. Karena tekad untuk segera melepas status ust begitu kuat (lagian berat banget,masih bocah uda dipanggil ust),sayapun segera berkemas untuk berangkat ke sukabumi guna ikut tes . Dari hasil tes yg gelombang pertama,4 adik kelas saya semuanya ga diterima,padahal salah satu dari mereka adalah lulusan terbaik (walaupun sekarang akhirnya Allah kasih beliau ke mesir ).

Heemmm,saya jadi agak ragu untuk bisa lolos tes gelombang dua ini. Tapi seperti biasa,dengan modal semangat dan nekat akhirnya berangkat pula diriku menuju jawa barat. Dan tentunya tak lepas dari istikhoroh dulu. Dan meminta Allah agar diberi tempat yg terbaik. Kala libur kenaikan kelas adalah saat-saat yg mendebarkan bagi saya pribadi. Mana ya yg Allah pilihkan buat saya melanjutkan kuliah…??? Apakah madinah atau sudan atau arraayah???? . detik demi detik rasanya panjang dalam penantian. Sambil terus meminta kpd Allah pastinya.

Akhirnya penantian itu terjawab oleh ma’had Arraayah. Dengan restu orang tua (kerna peraturannya 2 tahun ga boleh keluar ma’had..serem banget) dan semangat yg membara,kuputuskan untuk segera mengambil kesempatan belajar ini. Tapi kali ini ana benar-benar lupa untuk istikhoroh sepertinya. Sebab gengsi dengan janji yg pernah saya ucapkan dengan kawan pengabdian kemarin. Dan mulailah petualangan saya dima’had yg satu ini. Seminggu pertama uda bisa betah,2 pekan kemudian mulai goyah. Kenapa??? Karena disini saya belajar bhs Arab dari Nol lagi. Padahal sudah 7 tahun lamanya saya bergulat dgn bahasa arab. Memasuki pekan ke 3 semakin ga tahan. Tapi ada alasan yg kuat yg menyebabkan ga tahan. Apa itu??? Ternyata nama saya lolos seleksi ujian sudan. Dari 700 ratusan peserta,terpilih 30 nama. Dan ana adalah salah satunya. Seneng?? Pasti itu... bingung??? Juga pasti. Akhirnya sholat istikhoroh menjadi solusi lagi untuk keluar dr permasalahan pilah-pilih ini. Antara tetap bertahan di Arraayah atau mengundurkan diri dan terbang menuju sudan. Selama sepekan lebih ana istikhoroh,dan itu bertepatan pula pada bulan romadhon,saat yg mustajab tuk berdoa. Dan pilihan jatuh pada sudan,setelah tepat 1 bulan lamanya di bumi sunda. Dengan izin resmi dari mudir saya kembali ke jogjakarta.

 “Oh tidak” tiba-tiba kepala saya menjadi pusing kala membaca surat edaran dari depag pusat. Kenapa pusing??? Ternyata beasiswa yg di sebutkan hanyalah bebas asrama dan makan doang,yg lain-lainnya adalah ditanggung sendiri. Padahal saya tahu sendiri ekonomi keluarga dalam negri. Setelah dihitung,perkiraan biaya sekitar 12 juta.” Wah,wah,wah, niatnya ga pingin ngrepoti orang tua dengan cari beasiswa,eh tahunya malah begini. Apa hasil istikhoroh saya kemarin salah ya” bisik setan dalam hati. Ah tapi mana mungkin salah,apa yg Allah takdirkan pasti yg terbaik. Setelah bermusyawarah dengan keluarga akhirnya mereka tetap bersedia untuk membiayai kuliahku ini. Dan saya pun kembali beristikhoroh kpd Allah,agar memantabkan hati untuk mengambil keputusan. Disamping itu ana selipkan pula doa,agar Allah mengganti biaya yg ntar dikeluarkan keluargaku dengan balasan yg setimpal. 2 pekan sebelum jadwal keberangkatan.

Wah diisyka ada dauroh,sembari menunggu terbang lebih baik disambi menambah ilmu. Dengan motor vario milik kakak,ane picu 80km/jam menuju tawangmangu. Ngunggggggggg. Dan qodarullah ditengah perjalanan menuju negeri 2 menara,datang sms dari kakak kelas. “mabruk fak,antum ketrima di madinah”. Deg,jantung ini rasanya berhenti,otak sulit berfikir dan tiba-tiba saya senyum-senyum sendiri. Ah yg bener nih,rasanya mustahil banget bisa ketrima. Setelah melihat dengan mata kepala sendiri klo nama saya terpampang diwebsite resmi universitas islam madinah,saya langsung sujud syukur. Akhirnya terjawab sudah doa dalam istikhorohku. Bagaimana tidak,pesawat ke madinahnya gratis,sampai sana dibayar,aneh tenan,sekolah kok dibayar. Tapi itu nyata lho ^^. Setelah 3 bulan mengurus berkas dan menanti-nanti keberangkatan,bulan februari ,bersama dengan 128 mahasiswa lainnya yg diterima,sayapun terbang dengan emirates airlines. Pertama kalinya safar dengan pesawat,gratis lagi. Tak henti-hentinya mulut ini bersyukur. Ga jadi ngrepotin orang tua deh.hehehe

Apakah berhenti sampai sini saja istikhorohnya??? Jawabannya tidak. Sesampai di universitas,ternyata masih ada satu tahapan lagi ujian yg harus dilewati. Yaitu pemilihan jurusan kuliah. Ada sekitar 5 pilihan yg boleh diambil. Diantaranya,fakultas hadist,Alquran,Ushuluddin, Syariah dan Bahasa. Ketika kami sampai,oleh mahasiswa lama kami diberi pengarahan untuk bagaimana memilih jurusan yg tepat. Sedangkan saya pribadi sudah bertekad sejak dari indonesia untuk memilih jurusan syariah,seperti yg dipesankan oleh ust Badru dan ust Muin. Tapi oleh senoir agak diplencengkan niat saya ini. “disyariah itu banyak orang saudi,dan malas2,dikelas bawa hp,sms sendiri,ntar antum bisa malas pula”. Dan lebih disemangati untuk masuk fakultas hadist.katanya”ga ada anak hadist yg malas,isinya orang semangat semua,kerna setiap semester menghafal 150 hadist”. Subhanallah ya. Akhirnya istikhoroh lagi dah untuk memilih fakultas yg tepat,biar ga nyesel dunia akherat. Agaknya sholat yg sekarang ini lebih mantab. Karena sholatnya di masjid nabawi. Mantab dengan pilihan pertama,saya tetap dengan tujuan yg lama. Ok. Syariah is the best.

Dan setelah 2 bulan belajar dikelas ,ternyata apa yg dikatakan senior tak 100% benar. Begitulah sekelumit kisah panjang saya beristikhoroh dalam melangkah dalam hidup. Dan alhamdulillah,Allah selalu memberi yg terbaik. Entah itu sejak pilihan untuk mengabdi ,sampai bisa kuliah di negri yg jauh ini. Semoga bisa memberi sedikit motivasi untuk tidak ragu lagi dalam beristikhoroh dihadapan Robbul izzati.
 Madinah munawwaroh, 11 jumadu Tsani 1433H/ 2 mei 2012M
Alfaqirr ila maghfirotih..
 (syifaul mubin/akhu hamzah)

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar terbaik anda,insyaAlllah untuk kebaikan bersama

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More