Seekor katak hijau berkaki kuning berselaput biru suka
berkunjung ke asrama santri isykarima. Dia loncat-loncat di luar kamar sambil
berkeliling sesuka hatinya seolah mau menyakinkan bahwa semua kamar dan
penghuninya aman. Sabtu sore, a bin auf room selalu tampak lebih ramai
dari hari-hari selainnya. Beberapa penghuni kamar yang lain tampak hilir mudik
bergantian menyambangi kamar tersebut. Rupanya malam minggu adalah special
night for that room. “Ada apakah gerangan di Bin Auf?” gumam sang katak dalam
hati. “I’ll try to find out”.
“Oups!” tiba-tiba sebuah tangan
mencengkeramnya. “Heeey! Aku dapat katak!” teriak hanif sambil berlari
masuk kamar Bin Auf. “Bagus tho..?! Mau tak pelihara aah! Tak jenengi
katak pelangi aah”, kata hanif sambil memamerkan kataknya.
Kini si pelangi dimasukkan ke dalam akuarium super kecil
yang tak berair, bekas tempat ikan cupang yang mati mengenaskan setelah disiksa oleh penghuni bin auf (Swadis). Itu juga pernah
ditempati seekor ular, yang berhasil melarikan diri sebelum mengalami nasib
yang sama seperti si cupang. Dari balik kaca akuarium, pelangi jadi pingin tau
apa penyebab bin auf selalu ramai on Saturday night.
Terlihat di sana seorang lelaki yang tampak sedikit lebih
tua dari para penghuni bin auf datang dan bermalam di kamar itu. Mereka
memanggilnya Mr.Eloy. Pria itu senang bermalam di asrama santri dan suka
berbincang-bincang dengan penghuninya, dari hal yang gak mutu alias ndobos
ngalor ngidul sampai hal-hal serius seputar perjuangan hidup dan pembelaan
agama.
“Mister, bawa aja kataknya ke solo, ke tukang koleksi binatang antik”,
saran Hamzah pada Mr.Eloy yang menanggapinya dengan senyuman.
“Hey, kasian kataknya sendirian, lepasin aja biar cari pasangan”, kata Mr.Eloy.
“Pasangan!? Seru hanif, “Eh mister, aku mau tanya mungkin
gak orang menikah tanpa kenal sama sekali sebelumnya?”. Pertanyaan itu langsung
mendapat sambutan yang antusias dari pemirsa pelangi yang hadir waktu itu.
“Mungkin banget lah”, jawab si Mister.
“Gimana caranya?” sahut Ali.
“Iya Mister, kalo nanti gak cocok gimana?” Tambah Adit.
“Antum ni kaifa to, gitu aja gak tahu”, kata Dzaki berlagak sok tahu
(lalu) “Jelasin Mister, he he..”
“Kalian hafalkan An-Nisa’ ayat 23? Coba Arif baca!” perintah Mister.
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ وَبَنَاتُكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ وَعَمَّاتُكُمْ وَخَالَاتُكُمْ وَبَنَاتُ الْأَخِ وَبَنَاتُ الْأُخْتِ وَأُمَّهَاتُكُمُ اللَّاتِي أَرْضَعْنَكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ مِنَ الرَّضَاعَةِ وَأُمَّهَاتُ نِسَائِكُمْ وَرَبَائِبُكُمُ اللَّاتِي فِي حُجُورِكُمْ مِنْ نِسَائِكُمُ اللَّاتِي دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَإِنْ لَمْ تَكُونُوا دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ وَحَلَائِلُ أَبْنَائِكُمُ الَّذِينَ مِنْ أَصْلَابِكُمْ وَأَنْ تَجْمَعُوا بَيْنَ الْأُخْتَيْنِ إِلَّا مَا قَدْ سَلَفَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا (23)
“Very good! Thank you”, puji
Mister. “Sekarang Bahaul terjemakan ayat tadi!”
Diharamkan atas kamu
(mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang
perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang
perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak
perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu;
saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu
yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu
belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa
kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu
(menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara,
kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. (23)
“Maksudnya apa Mister, kok bawa-bawa ayat itu?”, tanya Alan.
“Ayat itu tentang apa?”, tanya Mr.Eloy mengetes.
“Mahroom!”, jawab mereka serentak seperti kala sapala.
“Trus opo hubungane?”, tanya Hudzaifah.
“Gini yaa ayyuhalladiznaamanu, mereka adalah
orang-orang yang diharamkan untuk kita nikahi, maksut e yang wanitanya ,
kalo yang laki-laki tentu saja ga boleh. Emang e padakke oarang-orang kafir
po?”, celoteh Mister.
“Trus kapan cerita nikahnya?”, sela Rosikh gak sabaran.
“Nah, wanita yang halal untuk dinikahi berarti tidak boleh kita sentuh,
saling bercengkrama dengannya, tidak boleh berteman tapi mesra, diajak ngobrol
ngalor ngidul ga jelas, apalagi yang lebih jauh dari itu sebelum sah
menjadi suami istri”, lanjut Mister.
“Berarti pacaran tu ga boleh!” kata Ashim menambah penjelasan.
“Tapi yo mosok menikahi perempuan yang gak kita kenal?”, kata Hanif
gak yakin.
“Sek to, sabar, dengerin dulu!” teriak Ali geram “lanjut Mister”,
timpalnya.
Mr.Eloy menghela nafas panjang kemudian melanjutkan
penjelasannya, “Tentunya ada cara yang bisa kita lakukan sebelum menikahi calon
istri kita tanpa melalui pacaran. Yang pertama, siapakan diri kalian untuk
melakukan pernikahan. Yang kedua, cari calon istri dengan menghubungi guru
ngaji kalian atau yang orang yang kalian percaya untuk mencarikan jodoh. Insya Allah
orang yang shaleh akan ditawari sebelum dia menawarkan diri, hehe..”
“Yeee, Mister bisa aja”, ucap Adit slengekan. “Terus ada lagi nggak Mister?”,
lanjutnya.
“Iya, sabar Adit. Yang berikutnya adalah setelah kalian
dapat calon, kalian cari tahu dulu siapa dia, bagaimana agamanya, ngajinya,
hubungan dengan keluarga bagus gak, hubungan dengan masyarakat gimana, apa
kata tetangga-tetangga dan teman-teman dia tentang akhlaknya, berapa
bersaudara, pendidikannya dan lain-lain. Kalau kalian merasa gak ada masalah,
maka masuklah ketahapan berikutnya yaitu, datang kerumahnya bersama dengan
orang yang menjodohkan kalian atau sendiri juga no problem kalau kalian
berani untuk menemui ayahnya. Sampaikan maksud kedatangan kalian (ta’aruf
dan nadzor, tentunya sebelum itu buatlah janji terlebih dahulu untuk
bertamu). Nah, itulah waktu untuk mengenal keluarganya lebih dekat,
penampilannya, kecerdasaannya, cara dia berkomunikasi. Itu semua penting karena
dalam berumah tangga, kalian akan menghadapi banyak masalah. Saat komunikasi
gak jalan biasanya runyam. Kalo semuanya oke, lanjutlah ke tahap berikutnya”.
“Apa itu Mister?” , sela Hanif gak sabaran.
|
Penghuni Bin Auf yang selalu bersama dan ceria. |
“Yaitu dengan menyampaikan bahwa kalian cocok dan siap
untuk menikah. Jika pihak wanita juga setuju
“Lampu hijau”. Tanyakan maharnya, sampaikan cacat cela yang ada pada
kalian yang kemungkinan akan menjadi masalah dikemudian hari, misalnya kalo
tidur ndengkur atau jari tangannya ga lengkap, punya sakit jantung, tapi
bukan masalah dosa-dosa kalian pada Allah di masa lalu. Minta dia berbuat yang
sama. Ga ada masalah, go on. Dan yang terakhir adalah tentukan hari
pernikahan. Yakinkan pada hari itu si dia lagi gak libur sholat. Buat acara se-syar’i
mungkin. Insya Allah pernikahan antara dua insan yang tidak saling kenal
sebelumnya akan dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Wallahu A’lam”.
“Eits, jangan lupa juga, istikhorohlah sebelum mengambil keputusan. Udah
dulu ya, sudah malam, besok ngantuk dikelas lho”, ujar Mr.Eloy menyudahi
ceritanya.
“Jadi, mungkin gak nikah tanpa kenal sebelumnya?”, tanya Mister memancing.
“Very possible, Insya Allah”, jawab mereka hampir serempak “Thank
you Mister, good night!” “Welcome, and good night too”.
Tak lama kemudian lampu-lampu kamar pun dimatikan dan bin
auf menjadi senyap dalam pelukan mimpi indah penghuninya. Tinggal pelangi yang
belum bisa tidur membayangkan semua yang dibicarakan orang-orang bin auf.
“Hmmm, begitukah akhlak manusia yang beriman?”, gumannya. “Pantaslah Allah
mengatakan bahwa mereka ciptaan yang mulia. Lumayan lah, gara-gara ditangkap
anak itu, aku jadi tahu mengapa Saturday night bin auf selalu ramai”,
batin si pelangi.
Disadur dari Majalah El-Huffadz edisi ke-lima, karya Mr.Eloy.
Keterangan tambahan : mas admin juga merupakan penghuni kamar Bin Auf lho. J. Setidaknya pada tahun 2008-2009 dan juga masa-masa kegalauan di tahun
2011. Jika melihat dari nama-nama yang
tercantum pada cerita di atas, kisah itu dibuat pada tahun 2011 di saat
penghuni Bin Auf adalah santri Tks. Sekian.